TAPTENG, ARMEDO.CO – Seperti namanya, Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang satu ini memanfaatkan batubara sebagai bahan bakarnya. PLTU Labuhan Angin menggunakan bahan bakar utama batubara untuk menghasilkan uap panas dalam turbin dengan kebutuhan batubara ±3000 ton/hari.
Energi panas ini kemudian akan diubah menjadi energi mekanik untuk menggerakkan generator listrik. PLTU ini memiliki teknologi pengendalian emisi modern Circulated FluedizedBed Boiler (CFB) yang ramah lingkungan untuk mengurangi dampak lingkungan yang bisa timbul dari penggunaan batubara. Meskipun menggunakan bahan bakar batubara.
Pengelola PLTU Labuhan Angin selalu berupaya untuk mengurangi potensi dampak lingkungan yang bisa timbul. Selain itu, PLTU ini juga memiliki fasilitas pengolahan limbah yang ketat untuk meminimalisir dampak pencemaran lingkungan.
Sebagai bagian dari sistem kelistrikan Sumatera, PLTU Labuhan Angin memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan energi di provinsi Sumatera Utara. Kapasitas produksinya yang mencapai 2 x 115 MW membantu mengurangi ketergantungan pada sumber energi lain dan memastikan ketersediaan listrik yang andal bagi sektor industri, rumah tangga, dan fasilitas publik.
Pengembangan Biomassa
Di tengah tantangan disrupsi teknologi dan transisi energi yang terus menerjang, PLTU Labuhan Angin terus berinovasi. Salah satunya yakni melalui pengembangan pengolahan biomassa yang disebut dengan co-firing.
Pemanfaatan teknologi ini dilakukan untuk menggapai misi Indonesia menuju Net Zero Emission pada 2060. Biomassa yang saat ini digunakan sebagai bahan bakar yaitu serbuk gergaji, serpihan kayu, cangkang sawit, bonggol jagung, dan bahan bakar jumputan padat (BBJP).
Ini merupakan langkah nyata PLTU Labuhan Angin untuk mewujudkan Indonesia yang bersih dan mandiri energi, serta meningkatkan kapasitas nasional yang sejalan dengan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG).