Medan, Armedo.co – Di bulan September, indeks produksi diperkirakan harga daging ayam akan naik di pekan kedua bulan oktober. Dan pada bulan oktober, harga daging ayam yang awalnya berkisar 28 hingga 30 ribu per kg, naik dikisaran 33 ribu per kg pada 9 oktober.
Namun harganya hanya bertahan sementara, sepekan kemudian harga daging ayam di kota Medan berbalik turun. Kata Gunawan Benjamin, Ketua Pemantau Pangan Sumut, Minggu, (29/10/2023)
Dan pada akhir bulan ini harga daging ayam terpantau begerak dalam rentang 23 hingga 28 ribu per Kg nya di level konsumen. Padahal peternak sudah mengurangi produksi untuk menjaga harga agar tetap bisa menyisahkan keuntungan bagi peternak. Harga pokok produksi di level peternak saat ini berada di kisaran 21 ribu per Kg nya. Yang artinya harga daging ayam normalnya bergerak dalam rentang 30 hingga 33 ribu per Kg di level konsumen. Ucapnya.
Namun belakangan ini, ada peternak yang menjual hanya 14 ribu per Kg (produsen). Harga tersebut jauh dibawah harga keekonomian di kisaran 21 ribuan. Dan penurunan harga daging ayam sendiri dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
Pertama, penjual daging ayam masih mengeluhkan penurunan belanja konsumen. Kedua, ada penurunan harga ikan dencis yang berada dikisaran 23 ribuan per Kg.
Kalau melihat penurunan konsumsi setelah peternak mengurangi jumlah ayam indukan (produksi). Ini menjadi indikasi yang tidak baik. Dan penurunan ini harus diwaspadai, bila perlu diambil langkah mitigasi kebijakan untuk menyelamatkan usaha peternak. Nah kalau dilihat dari sisi harga ikan dencis yang mengalami penurunan, hal ini bisa mengindikasikan yang lainnya.
Namun sayang, sejumlah pedagang ikan juga mengklaim bahwa penjualan ikan belum mengalami peningkatan signifikan. Terlebih jika dibandingkan dengan penjualan yang sama saat harga ikan diposisi harga yang sama. Sehingga pemerintah harus berhati hati menyikapi deflasi yang berpeluang terjadi bulan oktober ini. Deflasi ini berpeluang disebabkan oleh banyak hal yang menunjukan penurunan belanja masyarakat, pungkasnya
Harga Cabai Merah Berpeluang Naik, Peternak Telur Ayam
Sementara itu kata Gunawan penurunan harga cabai di bulan ini juga menyisakan pertanyaan besar. Petani yang mengalami kerugian di semester pertama karena harga murah. Mengalami kerugian yang menyebabkan sejumlah petani menanam cabai merah secara estafet atau tidak serentak. Bulan juni dimana petani harusnya menanam cabai serentak, namun dilakukan setidaknya hingga bulan Agustus.
Sehingga indeks produksi tanaman cabai menunjukan bahwa pasokan tidak akan melimpah, dan harga cabai cenderung bertahan mahal. Pada september atau oktober, jika panen serentak dilakukan petani, maka harga cabai merah diproyeksikan bisa turun dibawah 20 ribu per Kg. Namun kemarin hanya turun sebentar di atas 20 ribuan per Kg, dan berbalik naik di 40 ribuan per Kg sejauh ini.
Dari pengamatan sebelumnya, harga cabai di Sumut yang banyak dibanjiri cabai dari jawa membuat harga cabai petani Sumut tidak mencapai harga yang optimal (sekitar 2 bulan terakhir). Nah saat ini harga cabai di jawa sudah mencapai 100 ribuan per Kg. Ada peluang harga cabai di Sumut kembali mengalami kenaikan. Selanjutnya penurunan harga telur ayam sekitar 2.000 per Kg dalam sebulan terakhir juga sangat merugikan para peternak, paparnya
Peternak telur ayam tidak akan dengan mudah mengganti indukannya. Mereka akan bertahan meskipun kondisinya merugi, hingga ayam dinilai layak untuk diganti. Saya menilai penurunan sejumlah komoditas tersebut terjadi disaat produksi justru dikendalikan turun. Dan penurunan harga tersebut terjadi disaat harga beras mengalami kenaikan.
Jika harga telur ayam yang saat ini per Kg nya dijual 26 ribu, Maka harga perbutirnya berada dikisaran 1.530. Harga pokok produksi yang saya hitung pada bulan agustus untuk satu butir telur itu ada di kisaran level 1.400 yang paling murah. Jika menambah keuntungan peternak, atau biaya transportasi yang berkisar 150 per butir, maka seyogyanya harga 1 butir telur ayam minimal 1.650 hingga 1.700 per butir di level konsumen.tutup Gunawan Benjamin.(EM)